
Diposting oleh : Redaksi
Kategori: DAERAH - Dibaca: 281 kali
Di COPY dari :
Kopi
‘Pembunuh’ Kanker Ada di Desa Pangu Kecamatan Ratahan
Ratahan, ME
Apakah anda pernah mendengar jenis kopi Kobisa? Mungkin masih janggal dalam pikiran kita. Namun, jangan salah karena Kobisa mulai digandrungi masyarakat umum.
Apakah anda pernah mendengar jenis kopi Kobisa? Mungkin masih janggal dalam pikiran kita. Namun, jangan salah karena Kobisa mulai digandrungi masyarakat umum.
Kopi ini berbeda dari
kopi yang biasa kita minum sehari-hari. Jika semua jenis kopi berasal dari biji
pohon kopi pilihan, namun kopi ini bukan berasal dari biji kopi, melainkan,
dari biji buah Salak produksi Desa Panggu Kecamatan Ratahan Timur Kabupaten
Minahasa Tenggara (Mitra).
Saat ini, Kobisa (Kopi
Biji Salak) merupakan produk fenomenal dari berbagai produk sejenis di daerah
kabupaten lain di Indonesia.
Adalah Yanny Axel
Dalita, warga Desa Pangu, yang juga merupakan salah satu mantan chef di
beberapa hotel berbintang di Indonesia. Ia berhasil menciptakan Kobisa.
Uniknya, Kobisa ini memiliki dua rasa yakni kopi saat panas serta salak saat
dingin. Kobisa juga memiliki efek penyembuh terhadap penyakit darah tinggi
serta asam urat.
Saat ditemui
dikediamannya di Desa Pangu, Minggu (15/2), dia menuturkan Kobisa merupakan
hasil pencariannya selama bertahun-tahun.
"Saya jadi
tertantang untuk membuat kopi biji Salak khas Pangu. Dari penelitian saya,
ternyata Salak Pangu memiliki biji yang berbeda-beda. Rasanya juga lebih
beragam dari Salak Jogja serta Tapanuli. Tantangannya adalah bagaimana
membuatnya," jelas Axel.
Selama menjadi seorang
chef di sejumlah Hotel berbintang di Jakarta serta Jayapura, ia menyelingi
pekerjaannya memasak dengan mencari resep kopi biji Salak khas Pangu. Resep
temuannya, ia suguhkan kepada sejumlah rekannya. Dia minta saran dari
teman-temannya.
"Semuanya
mengatakan enak, namun saya orangnya perfecsionis, saya mau yang sempurna,
hingga resep itu saya koreksi berkali-kali," tambahnya.
Tak hanya soal rasa,
dia pun ingin kopi itu menyehatkan saat di minum. Untuk itu, ia menggandeng
sejumlah mahasiswa untuk melakukan penelitian. Dari situlah diketahui jika kopi
itu dapat mengobati asam urat, darah tinggi serta mencegah kanker.
"Kopi itu
menyerap kromonium 4, efeknya darah turun," urainya.
Setelah resepnya
sempurna, ia memutuskan berhenti sebagai koki untuk terjun dalam usaha
pembuatan kopi biji buah Salak. Cara promosi yang dilakukan Axel cukup unik. Ia
membagi kopi itu secara gratis. Tak hanya itu, dia juga menantang warga.
"Saya katakan,
minum ini pasti darah tinggi turun, dari situlah mengalir testimoni tentang
khasiat kopi itu," ujarnya.
Sejak itu, Kobisa
menyebar di sejumlah supermarket, kios Salak di Pangu hingga di dunia maya.
"Jika pesan, saya
antar sendiri ke rumah pada hari Sabtu serta Minggu. Jika di luar daerah saya
kirimkan lewat pos," akunya.
Dia mengaku sudah
memiliki pelanggan di Bitung, Manado, Minahasa serta Boltim. Adapun, seorang
warga negara asal Belanda, kata dia, sangat tergila-gila pada kopi buatannya
itu.
"Ia lihat di IT,
kemudian mencicipi kopi Salak, lantas ia kemari dan menyatakan, kopi Salak luar
biasa," ujarnya.
Dibeberkannya,
pembuatan Kobisa sangat sederhana. Ia hanya butuh tiga alat yakni pengempuk,
penggiling serta pengepakan.
"Mulanya, biji
diambil lantas dijemur, sesudah itu disangrai, biji salak kemudian diempukkan
pakai pengempuk, kemudian digiling, lalu dikemas," tambahnya lagi.
Dibalik usahanya itu,
ia punya hasrat agar Desa Pangu tanah kelahirannya lebih dikenal di Indonesia
bahkan Dunia. Ia mengaku, inspirasi membuat biji kopi Salak datang dari
kecintaannya kepada Pangu.
Sementara itu,
sejumlah warga yang pernah mencicipi Kobisa ini mengakui, rasanya memang beda
dari kopi biasa.
"Kopi dari biji
Salak ini mempunyai ciri khas tersendiri. Rasanya bercampur antara kopi dan
buah," ungkap Jimmi, warga Desa Pineleng, saat ditemui di sebuah kios yang
menjual Kobisa di Ratahan.
Olahan dari warga asli
Desa Pangu ini, mendapat respon positif dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab)
Mitra. Buktinya, Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop)
Mitra, beberapa waktu lalu. Menurut, Kepala Disperindagkop Mitra, Marie Mas
Makalow, pihaknya turun langsung ke tempat pengolahan untuk mendata dan
mengetahui lebih jelas serta siap membantu dalam pengembangannya.
"Kami akan melobi
pemerintah pusat untuk bantuan UKM bagi pelaku usaha Kobisa ini karena menjadi
minuman tradisional asli desa Pangu Kabupaten Mitra," terangnya. (robby
lumi)
Foto : Proses pengolahan Kobisa.
Apa Komentar Anda?
http://www.manadoexpress.co/berita-5637-kopi-%E2%80%98pembunuh%E2%80%99-kanker-ada-di-desa-pangu-kecamatan-ratahan.html